Logo

Benar-Benar Picik

🖊️ Penulis:ace 📅 Waktu Terbit:2025-07-09 🏷️ Kategori: news

## Totally Petty: Saat Politik Mencampuri Olahraga, Kebencian Menjadi Bahan BakarTom Scocca, editor newsletter Indignity, membuka kolom politiknya, “Margin of Error,” dengan kalimat yang langsung menusuk: “Welcome to Margin of Error… thanks to the leadership of President Trump…” Kalimat ini, yang muncul menjelang libur Hari Kemerdekaan, membuktikan satu hal: politik, seperti lintah, selalu menemukan cara untuk menempel pada tubuh yang paling tidak ingin disentuhnya, termasuk olahraga.

Dan di sinilah “Totally Petty” lahir.

Istilah ini lebih dari sekadar deskripsi; ini adalah manifestasi dari fenomena yang semakin mengkhawatirkan: politisasi olahraga.

Kebencian, yang seringkali dimanipulasi dan dipolitisasi, menjadi bahan bakar utama.

Kita melihatnya dalam reaksi terhadap atlet yang berlutut saat lagu kebangsaan, dalam debat tentang nama tim olahraga yang dianggap rasis, dan bahkan dalam keputusan pemerintah untuk mencampuri pendanaan universitas.

Scocca, dengan gaya sinisnya yang khas, menunjukkan bagaimana bahkan hal-hal yang seharusnya netral, seperti pendidikan, bisa menjadi alat politik.

Pengumuman Departemen Pendidikan yang ia kutip adalah contoh sempurna.

Menggunakan keberhasilan universitas sebagai bukti keberhasilan “kepemimpinan Presiden Trump” adalah bentuk politisasi yang menjijikkan.

Ini merendahkan pencapaian akademik dan mengubahnya menjadi alat propaganda.

Namun, “Totally Petty” tidak hanya tentang politik.

Ini tentang bagaimana kebencian, yang seringkali berakar pada politik, meracuni ruang publik.

Kita melihatnya di media sosial, di mana setiap komentar, setiap opini yang berbeda, langsung diserang dengan kata-kata kasar dan ancaman.

Kita melihatnya di stadion, di mana teriakan rasis dan homofobik semakin sering terdengar.

Sebagai seorang pengamat olahraga, saya miris melihat fenomena ini.

Olahraga, yang seharusnya menjadi wadah persatuan dan inspirasi, kini seringkali menjadi arena pertarungan ideologi.

Kebencian, yang seharusnya ditolak, justru dipelihara dan dimanfaatkan untuk tujuan politik.

Statistik memang bisa memberikan gambaran tentang polarisasi politik yang semakin meningkat di Amerika Serikat.

Survei menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap institusi, termasuk olahraga, menurun drastis di kalangan pendukung partai politik yang berbeda.

Benar-Benar Picik

Analisis mendalam tentang komentar di media sosial mengungkapkan bahwa sentimen negatif dan ujaran kebencian meningkat tajam selama periode politik yang tegang.

Namun, statistik hanyalah angka.

Yang lebih penting adalah dampaknya terhadap kehidupan nyata.

Atlet yang takut menyuarakan pendapat mereka karena takut akan serangan.

Fans yang enggan membawa keluarga mereka ke pertandingan karena takut akan perkelahian.

Komunitas yang terpecah belah karena perbedaan pandangan politik.

“Totally Petty” mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa lagi mengabaikan dampak politik pada olahraga.

Kita harus melawan kebencian dan polarisasi, dan memperjuangkan ruang publik yang inklusif dan toleran.

Olahraga, dengan segala keindahannya, harus menjadi sumber inspirasi dan persatuan, bukan arena pertarungan politik.

Mungkin ini harapan yang naif.

Tapi, jika kita menyerah pada kebencian, maka kita sudah kalah.

Kita harus berani untuk menolak “Totally Petty” dan memperjuangkan olahraga yang lebih baik.

Olahraga yang menyatukan, bukan memecah belah.

Olahraga yang menginspirasi, bukan meracuni.

Olahraga yang menjadi cermin dari harapan, bukan cermin dari kebencian.